Menjadi Yang Pertama Lulusan SMK 1 Kebumen Tembus UGM
Diunggah : Jumat, 25 Juli 2014 — Agung
Darmanto,
anak seorang pembantu rumahtangga tidak pernah menyangka akan bisa
kuliah di UGM. Kenyataan, ia mampu mewujudkan keinginan itu. Ia diterima
di FakuItas MIPA Program Studi Elektronika dan Instrumentasi melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri program Bidik Misi.Sempat merasa pesimis, Darmanto seolah tak berdaya menghadapi keinginannya. Teman-teman seangkatannya di SMK 1 Kebumen pun sempat mengolok-ngolok, manakala dirinya memutuskan memilih Program Studi Elektronika dan Instrumentasi UGM.
"Ngapa milih UGM, tidak mungkinlah kita-kita dari SMK ini diterima, begitu kata temen-temen saya waktu itu", aku Darmanto belum lama ini di rumahnya Plarangan RT 05 RW 01 Karanganyar Kebumen.
Tapi olok-olok itu sirna, ketika kemudian ia dinyatakan diterima. Saat menerima kabar pertama dari sms pun, ia masih tidak percaya. Ia masih berpikir dirinya dikerjai teman-temannya.
"Gimana tidak ragu, karena kejadian kakak kelas tahun kemarin seperti itu. Dikabarkan diterima ternyata tidak. Tapi begitu saya melihat sendiri di web, Alhamdullilah, saya diterima", akunya lagi.
Dengan diterima kuliah di UGM tentu saja menjadi kebanggaan keluarga. Tidak hanya itu, teman-teman dan guru-guru SMK 1 Kebumen turut bangga. Darmanto akhirnya tercatat sebagai lulusan SMK 1 Kebumen pertama yang berhasil menembus kuliah di UGM untuk program sarjana.
"Menjadi yang pertama, meski sebelumnya memang ada kakak kelas saya yang nembus di UGM namun di program diploma Sekolah Vokasi", terang pria kelahiran Kebumen 9 November 1995.
Dengan penghasilan ibunya 600 ribu rupiah per bulan sebagai pembantu rumah tangga, Darmanto sesungguhnya merasa ragu untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Namun, berbekal prestasi di sekolah, doa orang tua dan informasi tentang Bidikmisi, akhirnya ia memiliki tekad untuk melanjutkan.
Tercatat nilai matematika Darmanto semenjak duduk di bangku SMK 1 Kebumen Jurusan Audio Visual selalu baik. Nilai pelajaran matematika selalu diatas rata-rata, kelas 1 semester I, 90, semester II, 95, kelas 2 semester I, 95, semester II, 96, kelas 3 semester I, 98 dan semester II 9,75.
Bercita-cita menjadi teknisi atau programer operator di industri, Darmanto menjalani hidup penuh keprihatinan. Mau tidak mau, dia harus mengayuh sepeda kurang lebih 30 km tiap hari, dari rumahnya menuju SMK 1 Kebumen.
Iapun terkadang harus meminjam buku dari teman maupun kakak kelasnya. "Ya gimana lagi, kalau tidak ya saya meluangkan banyak waktu ke perpustakaan untuk baca atau pinjam buku", ujar Darmanto, yang pernah meraih juara II Lomba Cerdas Cermat Dampak Bahaya Narkoba dan Nikotin tingkat Kabupaten Kebumen.
Disela-sela kegiatan sekolah, Darmanto menyempatkan diri membantu meringankan beban orang tuanya mengepak dagangan rempeyek. Meskipun dagangan ini merupakan usaha milik neneknya, Sujari.
Darmanto mengaku, untuk mengatasi kesiapannya dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional dan masuk perguruan tinggi, ia hanya mengikuti pengayaan pelajaran dan try out yang diadakan sekolah. Ibunya dirasa tidak mampu jika harus membayar tambahan pelajaran diluar itu.
"Kalau belajar saya memilih di pagi hari. Bangun subuh, sholat baru saya belajar. Saya merasa lebih fresh kalau belajar di pagi hari", tambahnya.
Jaitunah, ibu dari Darmanto merasa senang melihat anaknya diterima kuliah di UGM. Iapun terkadang masih tidak percaya, Darmanto yang ditinggal ayahnya sejak duduk bangku SMP bisa melanjutkan sekolah.
"Bapaknya, Labohala hanya sopir truk, meninggal saat Darmanto di kelas 2 SMP. Untungnya dia selalu dapat beasiswa jadi bisa melanjutkan, waktu di kelas 10 dapat beasiswa dari BKM, Bantuan Kurang Manpu 100 ribu rupiah untuk SPP, di kelas 11 dari Supersemar 120 ribu rupiah, juga untuk SPP", kata Jaitunah. (Humas UGM/ Agung)